Rabu, 17 Februari 2021

Ibuku Guruku Inspirator Kehidupanku

 

Guru, digugu lan ditiru. Ungkapan Jawa ini begitu melekat dibenak saya karena sering sekali mendengarnya sejak masa sekolah hingga saat ini kita mendewasa. Ungkapan tersebut mendorong sanubari kita  untuk terus memberikan apresiasi dan ribuan kata terima kasih yang tak terlukis bagi para Guru yang telah mendidik dan membimbing kita dengan penuh makna dan memberikan jutaan arti mulai dari awal kita masuk Taman Kanak-Kanan, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi bahkan Guru TPA kita yang mungkin hanya kita temui satu minggu satu kali

Guru-guru kita begitu banyak meninggalkan jejak bagi kehidupan kita, jejak ilmu, jejak pesan moral, jejak religius dan jutaan kenangan tak ternilai. Ilmu dan pengorbanan yang mereka berikan tak pelak membuat kita selalu terngiang akan keberadaan mereka. Bagi kita mungkin ada beberapa guru yang menimbulkan kesan kurang mendalam, namun ada juga beberapa guru yang memberikan kesan yang terbawa sampai usia kita menua.

Ing Ngarso Sung TulodoIng Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayaniajaran kepemimpinan dari Ki Hajar Dewantara ini bagi saya begitu mengkiaskan makna sosok seorang Guru didalamnya. Ajaran ini memiliki arti figur seseorang yang baik yaitu disamping menjadi suri tauladan atau panutan, tetapi juga harus mampu menggugah semangat dan memberikan dorongan moral dari belakang agar orang-orang disekitarnya dapat merasa situasi yang baik dan bersahabat. Sehingga kita dapat menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat. Guru memiliki seluruh makna ungkapan tersebut.

Begitu banyak cerita dan kisah yang terekam dalam otak ini, sehingga tak mampu untuk menuliskannya satu persatu dengan baik. Namun yang pasti sosok guru yang sampai saat ini melekat dalam ingatan, memori dan hati sanubariku adalah Ibuku. Ibuku juga Guruku, beliau adalah Ibu Marwanti, S.Pd. yang mengampu guru kelas di SDN 01 Bejen, Karanganyar, Jawa Tengah. Beliau baru saja menikmati masa pesiunnya per – 1 Desember 2020 lalu. Beliau mengabdi selama 34 tahun menjadi seorang Guru SD. Beliau adalah sosok guru yang luar biasa dan tak ternilai bagi saya, memang suatu kebetulan beliau adalah ibu saya sendiri, sehingga kesan ini semakin memberikan arti yang tak terungkap dengan kalimat maupun mutiara.

Ibu Marwanti, S.Pd., terkenal memiliki vocal yang keras dan tegas, namun disiplin dan berwibawa. Beliau sempat mendidik saya semasa Sekolah Dasar, meski hanya sekali dalam 6 tahun, namun memberikan dampak yang luar biasa dikehidupan saya hingga saat ini. Karena pelajaran-pelajaran yang beliau berikan bukan hanya tertulis di papan tulis dan buku sekolah namun diteruskan sampai dibangku rumah dan papan kehidupan. Dan ini bukan hanya saya rasakan, tetapi hamper semua murid-murid yang telah beliau ampu selama ini.

Beliau selalu mengajarkan bukan hanya ilmu pengetahuan atau knowledge yang bermanfaat, bukan hanya sekedar teori tapi  keterampilan atau life skill bagi murid-muridnya meski masih masa usia dasar. Selain itu, beliau juga mengajarkan bagaimana hidup dengan orang-orang disekitarnya atau how to Life together and how to be yourself atau bagaimana menjadi diri sendiriBeliau mengajarkan kami keutamaan unggah-ungguh, tepo sliro, budi pekerti (norma kesopanan dalam masyarakat Jawa) yang harus dipegang teguh saat kita bermasyarakat. Disamping itu kuatnya norma agama dan norma kepantasan yang tidak tersirat dalam lembaran buku-buku pelajaran juga beliau ajarkan untuk kami para muridnya. Norma kepantasan adalah bagaimana selayaknya hidup dan berperilaku di masyakarat dan bersama orang banyak.

Beliau mengajarkan bagaimana cara berbagi dengan orang lain melalui apa yang kita miliki tanpa memandang siapa, apa, mengapa dan kenapa. Berikan apa yang kita punya meski hanya sekedar sepercik senyuman, maka orang lain akan ikut merasakan kebahagiaannya. Kata-kata itu terlintas kuat dibenak saya. Seperti apapun kondisi kita dalam hidup, beliau mengarahkan kami untuk terus berpegang teguh pada agama dan meng-imani bahwa hidup ini indah, akan ada masanya dimana orang merasakan keindahan dan ada masanya orang merasakan berada diroda terbawah. Beliau meninggalkan bekal tak ternilai untuk kami para murid-muridnya, yang bisa kami jadikan tauladan hingga kami beruban dan tutup usia.

Bagi kami murid perempuannya, ibu Marwanti, S.Pd. selalu menanamkan pada diri kami nilai-nilai agar kami selalu menjaga kehormatan dan harga diri kami sebagai seorang wanita. Tidak boleh mudah putus asa karena jalan Tuhan itu akan indah pada waktunya. Bersinergi dengan kehidupan yang beraneka ragam dengan tetap menjaga harkat dan martabat seorang wanita. Berkolaborasi dengan perkembangan zaman namun tetap menjunjung tinggi moral dan harga diri sebagai seorang wanita. Harus terus berkembang, meningkat, melejit dan membumi namun tetap menjaga kehormatan diri ditengah kerasnya kehidupan yang kadang tak terbaca. Begitulah kesan yang tersirat dihati kami dari apa yang telah beliau sampaikan, contohkan dan berikan kepada kami murid-muridnya kala itu.

Beliau ibu Marwanti, S.Pd. adalah sosok yang bagi saya cukup patut disandingkan dengan kalimat kepemimpinan yang disampaikan Ki Hajar Dewantara. Beliau memberikan teladan yang nyata, menularkan banyak hal yang tak tertulis dalam lembaran kertas putih, menjadi penengah disegala situasi, memberikan dorongan dan semangat bagi kami untuk terus semangat menjalani kehidupan namun tetap rendah diri, berpegang teguh pada agama, jujur dan sederhana. Itulah beliau ibu Marwanti, S.Pd. Guru SD-ku, Ibuku dan Inspirator kehidupanku. See How Much I Love You (SHMILY) kata beliau untuk kami, anak-anak dan juga murid-murid kesayangannya.

Susanti HandayaningsihS.H. putri dari sosok Ibu, pensiunan guru SD, Ibu Marwanti, S.Pd. dan juga guru MTSN Berau, Kalimantan Timur.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ibuku Guruku Inspirator Kehidupanku

  Guru, digugu lan ditiru. Ungkapan Jawa ini begitu melekat dibenak saya karena sering sekali mendengarnya sejak masa sekolah hingga  saat i...